Sebagai salah satu bentuk tindak lanjut kerjasama dengan LPPOM MUI beberapa waktu yang lalu, Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) kini tengah menegembangkan sarana dan prasarana khususnya laboratorium dalam menjadikan lembaga ini sebagai pusat kajian pangan halal. “Laboratorium terpadu dengan peralatan canggih ini disiapkan untuk menjadi pusat uji halal produk makanan, obat-obatan dan kosmetika di wilayah Indonesia bagian Timur. Kami bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia”, ungkap Rektor Unwahas Dr. Noor Achmad. Hal itu dikatakannya saat peresmian Laboratorium Terpadu Unwahas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh, DEA Jumat (29/3) di Kampus Sampangan.
“Peralatan laboratorium terpadu Teknik Kimia dan Farmasi ini adalah bantuan dari Kemdikbud senilai 8 milyar, sedangkan pengadaan gedungnya, murni dari kami sendiri” lanjutnya. “Kami patut bangga karena menjadi satu-satunya universitas di Jateng yang memiliki peralatan uji halal yang canggih semacam ini. Segala sesuatunya sedang dipersiapkan secara komprehensif,” Tambahnya. Sementara itu, Mendikbud mengharapkan perguruan tinggi ini mampu mengambil peran dalam melakukan uji kehalalan produk makanan, obat-obatan dan kosmetika.
Acara peresmian ini didahului dengan kuliah umum tentang Kurikulum 2013. Kurikulum ini adalah yang terbaik, dan dipersiapkan untuk menjamin kualitas pendidikan Indonesia dalam era global ke depan. Mendikbud mengibaratkan dengan cerita dalam Al Quran tentang perahu yang dibuat oleh Nabi Nuh AS dalam mempersiapkan banjir besar. “Jika kita tidak ingin tenggelam seperti anak Nabi Nuh yang diajak ayahnya tapi tidak mau dan malah naik ke gunung, maka naiklah ke dalam perahu. Dan perahu itulah Kurikulum 2013” ujarnya. Hadir juga dalam acara tersebut Dirjen Dikti Djoko Santoso, para Direktur di lingkungan Dirjen Dikti, Koordinator Kopertis Wil 6, Rektor Unnes serta Rektor Undip.
Pesan Mendikbud kepada para mahasiswa agar tetap semangat dalam “luru ilmu” bukan “golek ilmu”. Dalam “luru ilmu” diperlukan ketawadlu’an antara mahasiswa kepada dosennya, sebagaimana yang diajarkan dalam kitab Ta’lim Muta’allim, sebuah “kitab wajib” yang menjadi rujukan para santri salafiyah dalam menuntut ilmu di pondok pesantren. Melihat para dosen yang masih muda-muda, Mendikbud berharap agar para dosen tersebut untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Kemdikbud sudah banyak meluncurkan program beasiswa, baik dalam ataupun luar negeri, silakan kuliah”, tutupnya. (IS)